- Kebun Sawit PT Musim Mas di Hutan Produksi Terbatas Desa Ukui Disuntik Mati
- Petugas Avsec dan Lanud RSN Gagalkan Penyelundupan 2 Kg Sabu di Bandara SSK II Pekanbaru
- HUT ke-26 Rohil, Kapolres dan Bupati Pimpin Penanaman Pohon dalam Program Green Policing Kapolda Riau
- Konflik Tanah Warisan Berujung Maut, Adik Tewas Ditikam Kakak Kandung di Kampar
- Hidroponik dan Pengolahan Limbah Rumah Tangga, Wujudkan Green Economy Berbasis E-Commerce
- Green Policing dan Bakti Sosial, Strategi Propam Polda Riau Bangun Kepercayaan Masyarakat
- Ciptakan Keamanan di Wilkum Batu Hampar TNI-POLRI Gelar Patroli Gabungan di Jalan Lintas Baa Bantaian
- Didampingi Kapolsek Kandis, Bupati Siak Sukses Mediasi Konflik Buruh Bongkar Muat
- Bejat! Ayah Tiri di Kampar Cabuli Anak di Bawah Umur Sejak Usia 6 Tahun, Korban Trauma Berat
- Kejari Inhu Tetapkan 9 Tersangka Korupsi Kredit Bermasalah di Perumda BPR Indra Arta, Negara Diduga Rugi Rp15 Miliar
Warga Desa Tasik Serai Tewas Diserang Gajah Soliter, BBKSDA Riau Turun Tangan

Keterangan Gambar : Foto : Istimewa
FN Indonesia Bengkalis — Konflik antara manusia dan satwa liar kembali terjadi di Provinsi Riau. Seorang warga bernama Natalia Manalu (39) dilaporkan tewas setelah diserang seekor gajah liar di Desa Tasik Serai, Kecamatan Talang Mandau, Kabupaten Bengkalis, Rabu pagi, 6 Agustus 2025.
Peristiwa tragis ini terjadi sekitar pukul 05.30 WIB. Menurut Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Supartono, korban saat itu bersama suaminya hendak mengecek kebun milik mereka usai mendengar suara gajah liar yang diduga sedang berada di sekitar lahan pertanian mereka.
"Korban dan suaminya turun ke kebun setelah mendengar suara gajah. Mereka khawatir gajah akan merusak tanaman. Namun secara tak terduga, gajah tersebut justru menyerang dan menyebabkan korban meninggal dunia di tempat," jelas Supartono dalam keterangannya.
Gajah yang melakukan serangan tersebut diduga merupakan gajah jantan soliter, yang artinya hidup menyendiri dan terpisah dari kelompoknya. Diketahui kawasan kejadian merupakan bagian dari home range (wilayah jelajah) kelompok gajah Giam Siak Kecil, yang terdiri dari sekitar lima ekor gajah liar. Namun, gajah jantan soliter ini kerap berkeliaran sendiri dan menjadi lebih agresif, terutama ketika merasa terusik.
"Saat ditemukan oleh suaminya, korban sudah dalam kondisi meninggal dunia. Suaminya sendiri berhasil menyelamatkan diri dengan melompat ke parit dekat pondok kebun," ucap Supartono.
Setelah menerima laporan kejadian, BBKSDA Riau segera mengirimkan tim Wildlife Rescue Unit (WRU) ke lokasi untuk melakukan identifikasi dan memastikan keberadaan gajah tersebut, apakah masih berada di sekitar permukiman atau telah kembali masuk ke habitat aslinya di dalam hutan.
"Jika terindikasi gajah masih berada di lokasi permukiman warga, tim akan melakukan tindakan pengusiran secara hati-hati untuk mencegah konflik lanjutan," tambahnya.
Peristiwa ini kembali menyoroti kompleksitas konflik antara manusia dan satwa liar di Riau, yang sebagian besar disebabkan oleh tumpang tindih antara lahan pertanian dan jalur pergerakan satwa liar, terutama gajah Sumatera yang populasinya semakin terdesak akibat alih fungsi hutan menjadi lahan kebun dan permukiman.
BBKSDA Riau mengimbau masyarakat, khususnya yang tinggal di sekitar jalur perlintasan gajah, untuk meningkatkan kewaspadaan dan segera melaporkan jika mengetahui keberadaan gajah liar yang masuk ke area permukiman.
"ini juga menjadi pengingat bagi semua pihak bahwa penting untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan manusia dan kelestarian satwa liar," pungkas Supartono. (F)