- Kodam XIX/Tuanku Tambusai Gelar Karya Bakti Hari Juang TNI AD 2025, Perkuat Sinergi dan Kepedulian Lingkungan
- 232 Personel Kodam XIX/TT Ikuti Pelatihan CoreTax, Dorong Pengelolaan Anggaran yang Lebih Transparan
- 31 Unit Truk Tangki Air Bersih Dikirim Polda Riau untuk Bantu Korban Bencana di Sumatera Barat
- Nikah Massal Gratis Pemko Pekanbaru Pecahkan Rekor MURI, Prosesi Tepuk Tepung Tawar Terbanyak
- Ditreskrimsus Polda Riau Bongkar Ilegal Logging di Rohul, Dua Pelaku Ditangkap dan Dua DPO Diburu
- DPC PA GMNI Humbahas Desak Kampus di Sumut Turunkan Mahasiswa sebagai Relawan Untuk Pemulihan Bencana
- BNNK Pekanbaru Gandeng PKK dan DWP Jadi Garda Terdepan Cegah Penyalahgunaan Narkoba di Lingkungan Keluarga
- Polda Riau Salurkan Bantuan Tahap IV untuk Korban Bencana di Sumatera, 3.459 Peralatan Dikirim
- Polres Rokan Hilir Musnahkan 79,98 Kg Sabu, Tekankan Komitmen Perang Melawan Narkoba
- Kapolres Rokan Hilir Terima Kunjungan Danrem 031/Wira Bima, Perkuat Sinergi TNI–Polri
Meski Dirawat Intensif, Anak Gajah Sumatera yang Ditinggalkan Induknya Tak Bertahan Hidup

Keterangan Gambar : Foto : Kondisi Gajah Yuni Saat Penanganan
FN Indonesia Pekanbaru – Dunia konservasi kembali berduka. Seekor anak gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) yang dievakuasi dari Desa Gunung Mulya, Kecamatan Gunung Sahilan, Kabupaten Kampar, tidak mampu bertahan hidup meski telah mendapatkan perawatan intensif di Pusat Latihan Gajah (PLG) Sebanga, Kabupaten Bengkalis.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Supartono, mengatakan bahwa anak gajah yang diberi nama Yuni tersebut pertama kali ditemukan pada 10 Maret 2025 dalam kondisi terpisah dari induk dan kelompoknya.
“Awalnya kami berusaha mencari kelompoknya untuk mengembalikannya ke alam, namun tidak berhasil ditemukan. Selanjutnya, Yuni dibawa ke Pusat Konservasi Gajah Minas. Di sana, kami mencoba mendekatkannya ke gajah betina, tetapi selama tiga hari tidak ada yang mau menerimanya,” jelas Supartono.
Baca Lainnya :
- Polsek Batu Hampar Gelar Sosialisasi Green Policing dan Tanam Pohon di SMA N 1 Batu Hampar0
- Program Makan Bergizi Gratis Jadi Harapan untuk Masa Depan Anak Indonesia0
- Pengendara Motor di Pekanbaru Ditangkap Polisi di Lampu Merah, Kedapatan Buang Ekstasi0
- Rem Blong, Truk Boks Hantam Tiga Kendaraan di HR Soebrantas, Imam Masjid Tewas di Tempat0
- Menuju Indonesia Emas, Program Makan Bergizi Gratis Wujudkan Generasi Sehat dan Cerdas0

Karena upaya itu gagal, Yuni kemudian dipindahkan ke PLG Sebanga dan ditempatkan bersama seekor gajah betina yang tengah menyusui. Harapannya, Yuni bisa diasuh dan mendapatkan susu. Namun, gajah betina tersebut juga menolak kehadirannya.
Tim medis yang terdiri dari satu dokter hewan dan tiga mahout kemudian memberikan susu formula dan buah-buahan. Akan tetapi, Yuni mengalami trauma dan bersikap agresif, sehingga sulit menerima makanan dan minuman. Kondisinya menurun pada 8 April dan memerlukan perawatan intensif, termasuk pemberian infus. Sempat membaik, tetapi pada 10 April kesehatannya kembali memburuk. Pada 11 April pukul 05.00 WIB, Yuni ditemukan telah mati.

BBKSDA Riau mengirimkan sampel darah dan organ ke Laboratorium Medikal Satwa Bogor untuk memeriksa kemungkinan infeksi Elephant Endotheliotropic Herpesvirus (EEHV). Hasilnya negatif. Uji histopatologi yang dilakukan di Institut Pertanian Bogor (IPB) mengungkapkan bahwa Yuni mengalami pneumonia hemoragik yang menyebabkan gagal napas, gastroenteritis atau peradangan pada lambung dan usus yang memicu dehidrasi dan malnutrisi, hingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan hypovolemic shock.

Selain faktor penyakit, Supartono menyebut stres akibat terpisah dari induk dan kelompoknya turut memperburuk kondisi Yuni. “Stres menyebabkan daya tahan tubuhnya menurun, sehingga rentan terserang penyakit. Ini menjadi tantangan besar dalam upaya penyelamatan satwa liar, khususnya gajah Sumatera,” tutupnya. (F)











