- Malam 1000 Lilin, Keluarga Kristhopel Butar-Butar Serukan Keadilan di 90 Hari Kepergian Sang Anak
- Pewarta Foto Indonesia Jakarta Kecam Tindakan Kekerasan Polisi terhadap Jurnalis Foto Antara
- UIN Suska Riau dan BNN Gelar Deklarasi Anti Narkoba Usai Terbongkar Kasus 40 Kg Ganja
- Kolaborasi Pertamina Patra Niaga Sumbagut dan BPBD Pekanbaru, Wujudkan Generasi Peduli Lingkungan
- Gencarkan Edukasi Karhutla, Kapolsek Batu Hampar Instruksikan Penyebaran Maklumat Kapolda Riau
- Pengungkapan Besar, Polda Riau Sita 44 Kg Sabu dari Jaringan Internasional
- Rapper Melly Mike Tanam Pohon Gaharu di Polda Riau, Dukung Program Green Policing
- Momen Rapper Melly Mike Bertemu Dikha, Bocah Pacu Jalur, dan Beri Kado
- Mayoritas dari Jawa Timur, 38 PMI Bermasalah yang Dideportasi dari Malaysia
- Rapper AS Melly Mike Tiba di Pekanbaru, Siap Tampil di Festival Pacu Jalur 2025
Malam 1000 Lilin, Keluarga Kristhopel Butar-Butar Serukan Keadilan di 90 Hari Kepergian Sang Anak

Keterangan Gambar : Foto : fn Indonesia
FN Indonesia Pekanbaru - Ratusan warga dari berbagai organisasi kemanusiaan lintas daerah berkumpul di Tugu Perjuangan Kota Pekanbaru, Selasa malam (26/8/2025).
Dalam sebuah aksi solidaritas bertajuk "Malam 1000 Lilin dan Tabur Bunga" untuk mengenang 90 hari kepergian tragis Kristhopel Butar-Butar, bocah Kelas 2 SD asal Indragiri Hulu (Inhu), yang diduga menjadi korban perundungan (bullying) berat hingga meninggal dunia.
Acara yang dimulai pukul 20.00 WIB itu dipenuhi suasana haru. Nyala lilin dan bunga-bunga yang ditebar menjadi simbol duka dan harapan agar keadilan segera ditegakkan dalam kasus yang hingga kini belum menemukan titik terang.
Dalam pernyataan yang menggugah hati, kedua orang tua Kristhopel, Gimson Butar-Butar dan sang istri, menyampaikan kegelisahan mereka atas lambannya proses hukum terhadap kasus anak mereka.
"Kami bisa berkumpul di sini malam ini untuk mengenang tiga bulan kepergian anak kami, Kristhopel Butar-Butar. Kami hanya ingin satu hal: kasus ini dibuka dan diusut seadil-adilnya. Jangan ditutup-tutupi. Kami meminta keadilan dari negara," ucap Gimson dengan suara bergetar kepada media fn Indonesia di lokasi.
Sang ibu, dalam kondisi emosional yang sangat mendalam, turut menyampaikan permohonannya kepada Presiden Republik Indonesia dan para pemangku kebijakan lainnya.
"Tolong Pak Presiden, lihat kami rakyat kecil ini. Sudah tiga bulan anak kami meninggal, tapi belum ada kejelasan. Kami hanya ingin sedikit keadilan dari negara ini, agar kematian Kristhopel tidak sia-sia. Kami tidak mau ada Kristhopel-Kristhopel lain yang bernasib sama," pintanya dengan linangan air mata.
Gimson Butar-Butar bahkan mengungkapkan adanya dugaan kuat bahwa kasus ini sengaja ditutup-tutupi oleh pihak-pihak tertentu. Ia mendesak DPR RI serta aparat penegak hukum untuk turun tangan.
"Ini bukan sekadar kasus anak biasa, ini kriminal. Ada anak yang meninggal, tapi kasusnya dipermainkan. Bahkan, ada upaya menutupi kasus ini. Kami minta, mari kita bongkar sama-sama siapa yang terlibat. Jangan dibiarkan. Kalau dibiarkan, hukum kita akan terlihat kacau," tegasnya.
Ia menambahkan bahwa sejumlah pejabat yang memberi pernyataan kepada publik terkesan hanya menjalankan formalitas, tanpa benar-benar menyentuh akar persoalan.
"Mereka bilang baik-baik saja, kenyataannya tidak baik. Anak kami sedang tidak baik-baik saja waktu itu. Ini ancaman nyata bagi generasi kita. Tolong kami, Pak Presiden, Pak Wakil Presiden, dan semua yang punya kuasa," tambahnya.
Baca Lainnya :
- Pewarta Foto Indonesia Jakarta Kecam Tindakan Kekerasan Polisi terhadap Jurnalis Foto Antara0
- UIN Suska Riau dan BNN Gelar Deklarasi Anti Narkoba Usai Terbongkar Kasus 40 Kg Ganja0
- Kolaborasi Pertamina Patra Niaga Sumbagut dan BPBD Pekanbaru, Wujudkan Generasi Peduli Lingkungan0
- Gencarkan Edukasi Karhutla, Kapolsek Batu Hampar Instruksikan Penyebaran Maklumat Kapolda Riau0
- Pengungkapan Besar, Polda Riau Sita 44 Kg Sabu dari Jaringan Internasional0
sementara itu, dalam momen peringatan 90 hari kepergian Kristhopel Butar-Butar, yang diduga meninggal dunia akibat tindakan perundungan (bullying) berat, organisasi Germas Perlindungan Perempuan dan Anak bersama Aliansi Peduli Anti-Bullying menegaskan komitmennya untuk terus memperjuangkan keadilan hingga ke tingkat pemerintah provinsi.
"Kami hadir di sini untuk mengenang 90 hari kepergian anak kita, Kristhopel, yang meninggal karena kasus bullying. Ini bukan hanya luka bagi satu keluarga, tapi luka kita semua sebagai masyarakat. Kami dari Germas Perlindungan Perempuan dan Anak bersama aliansi peduli bullying, berjanji akan memperjuangkan kasus ini sampai ke Gubernur," tegas Rika dalam orasinya.
Rika menekankan bahwa kematian Kristhopel bukanlah kasus biasa, tetapi harus menjadi momentum perubahan dalam sistem perlindungan anak di Indonesia, khususnya di Provinsi Riau. Menurutnya, masih banyak kasus perundungan yang tidak tertangani serius, bahkan cenderung dibungkam.
"Anak-anak harus dilindungi, bukan dikorbankan. Ini bukan kejadian pertama, dan jika dibiarkan, bisa jadi bukan yang terakhir. Negara harus hadir, dan kami akan pastikan suara ini terdengar sampai ke ruang-ruang kekuasaan," tandasnya penuh semangat.
Ia juga menyerukan kepada masyarakat luas untuk tidak tinggal diam terhadap praktik bullying yang masih terjadi di lingkungan sekolah maupun sosial. Rika mengajak publik untuk bersama-sama menciptakan ruang aman bagi anak-anak. (F)
Acara malam 1000 lilin ini turut dihadiri aktivis, Mahasiswa, tokoh masyarakat, dan organisasi kemanusiaan dari berbagai kalangan. Mereka datang untuk menunjukkan solidaritas terhadap keluarga korban dan menuntut pengungkapan kebenaran.
Peserta aksi secara simbolik menyalakan lilin satu per satu, sambil menyanyikan lagu-lagu Indonesia Raya dan lagu nasional lainnya, pembacaan puisi, doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama, untuk mendoakan arwah Kristhopel dan memberi kekuatan bagi keluarganya. (***)