- Wali Kota Pekanbaru Serahkan Bantuan Rp1,5 Miliar untuk Korban Banjir Bandang dan Longsor di Aceh
- Ditlantas Polda Riau Gelar Forum LLAJ, Bahas Kerusakan Jalan dan Persiapan Pengamanan Nataru
- Kodam XIX/Tuanku Tambusai Gelar Karya Bakti Hari Juang TNI AD 2025, Perkuat Sinergi dan Kepedulian Lingkungan
- 232 Personel Kodam XIX/TT Ikuti Pelatihan CoreTax, Dorong Pengelolaan Anggaran yang Lebih Transparan
- 31 Unit Truk Tangki Air Bersih Dikirim Polda Riau untuk Bantu Korban Bencana di Sumatera Barat
- Nikah Massal Gratis Pemko Pekanbaru Pecahkan Rekor MURI, Prosesi Tepuk Tepung Tawar Terbanyak
- Ditreskrimsus Polda Riau Bongkar Ilegal Logging di Rohul, Dua Pelaku Ditangkap dan Dua DPO Diburu
- DPC PA GMNI Humbahas Desak Kampus di Sumut Turunkan Mahasiswa sebagai Relawan Untuk Pemulihan Bencana
- BNNK Pekanbaru Gandeng PKK dan DWP Jadi Garda Terdepan Cegah Penyalahgunaan Narkoba di Lingkungan Keluarga
- Polda Riau Salurkan Bantuan Tahap IV untuk Korban Bencana di Sumatera, 3.459 Peralatan Dikirim
Bayi Orangutan Lahir di Kasang Kulim, Bukti Keberhasilan Konservasi di Riau

Keterangan Gambar : Induk Orangutan bernama Susi sedang menggendong anaknya yang bernama Ade di Kandang Kebun Binatang Kasang Kulim Zoo / FOTO : Annisa Firdausi
FN Indonesia Pekanbaru – Kabar menggembirakan datang dari Lembaga Konservasi Kasang Kulim, Kabupaten Kampar, Riau. Seekor bayi orangutan Sumatera (Pongo abelii) jantan lahir dari induk bernama "Ade" pada Jumat, 2 Mei 2025, sekitar pukul 09.30 WIB.
Bayi tersebut lahir dalam kondisi sehat dan aktif, berdasarkan hasil pemeriksaan tim medis Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau.
Kepala BBKSDA Riau, Supartono, menyampaikan bahwa setelah menerima laporan dari pengelola kebun binatang, pihaknya segera menurunkan tim medis untuk melakukan pengecekan terhadap kondisi induk dan anak orangutan tersebut.
“Dari laporan pihak kebun binatang, kami langsung menurunkan tim medis untuk mengecek kondisi satwa. Hasilnya, bayi orangutan berjenis kelamin jantan dan dalam keadaan sehat,” ungkap Supartono saat ditemui, Kamis (8/5/2025).

Induk orangutan susi, yang berusia sekitar 15 tahun, merupakan satwa hasil serahan masyarakat yang tidak dapat dilepasliarkan kembali ke habitat alaminya. Oleh karena itu, ia dirawat secara intensif di Kebun Binatang Kasang Kulim.
Supartono menambahkan, setelah kelahiran tersebut, pihak BBKSDA segera melaporkannya ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Menteri Kehutanan Raja Juli kemudian memberikan nama Ade untuk bayi orangutan tersebut sebagai simbol harapan baru bagi konservasi satwa langka di Indonesia.
Menurut Agustina, pengelola Kasang Kulim, proses kelahiran berlangsung secara alami tanpa bantuan pawang atau petugas. “Waktu itu pawang hanya sebentar meninggalkan kandang. Saat kembali, Susi sudah terlihat menggendong anaknya,” jelasnya.
Selama masa kehamilan selama 10 bulan, pihak pengelola memberikan perhatian khusus terhadap Susi, mulai dari pola makan, kecukupan air minum, hingga kebersihan dan kenyamanan kandang. Proses reproduksi dilakukan dengan menyatukan Susi dan pejantan orangutan bernama Yongki dalam satu kandang selama tiga bulan.

Hal menarik lainnya, menurut Agustina, adalah perilaku Susi pasca melahirkan. “Awalnya Susi sempat enggan menunjukkan bayinya ke pawang atau pengunjung. Tapi dalam beberapa hari terakhir, ia mulai lebih terbuka dan terlihat nyaman dengan kehadiran manusia di sekitarnya,” tambahnya.
Kelahiran bayi orangutan ini menjadi tonggak penting dalam upaya konservasi satwa langka di Indonesia, khususnya spesies orangutan Sumatera yang kini berstatus Critically Endangered atau sangat terancam punah menurut IUCN.
Selain kelahiran bayi orangutan, Kebun Binatang Kasang Kulim juga mencatat kelahiran beberapa satwa lain dalam beberapa bulan terakhir, seperti landak dan binturong. Hal ini menunjukkan peningkatan kualitas perawatan dan keberhasilan program konservasi yang diterapkan. (***)
Editor : Ferdian Eriandy











