- Pasokan Cabai Sleman Tiba di Pekanbaru, Pemprov Riau Turunkan Lewat Pasar Murah Rp56 Ribu per Kilo
- Bantuan Tahap II, Polda Riau Berangkatkan Tim Trauma Healing, Logistik dan Alat Berat ke Agam Sumatera Barat
- Solidaritas untuk Sumbar, Polres Kampar Lepas Bantuan Kemanusiaan ke Lokasi Banjir-Longsor Sumbar
- Tiga Pemuda di Kampar Ditangkap Polisi Setelah Keroyok Remaja hingga Luka Serius
- Kolaborasi Lapas Pekanbaru dan Polda Riau Berhasil Ungkap Jaringan Narkoba Kendali dari Dalam Penjara
- Ditresnarkoba Polda Riau Musnahkan 26,9 Kg Sabu, Aset Bandar Rp3 Miliar ikut Disita
- Polda Riau Sita Rp3 Miliar dan Aset Bandar Narkoba dalam Kasus TPPU Jaringan Sabu Internasional
- Kapolres Kampar Kerahkan 15 Personel Membantu Pencarian Korban Banjir dan Longsor di Agam Sumatera Barat
- Respons Cepat Polda Riau, Bantuan Logistik Mengalir ke Posko Bencana di Nagari Salareh Timur
- Polda Riau Kerahkan Alat Berat, Empat Titik Akses Jalan Akibat Longsor di Agam Berhasil Dibuka
Upaya Mitigasi Konflik Gajah Sumatera, BBKSDA Riau Pasang GPS Collar di Kantong Tesso Tenggara

Keterangan Gambar : Foto : Istimewa
FN Indonesia Pekanbaru - Dalam upaya memperkuat langkah mitigasi konflik antara manusia dan satwa liar, khususnya gajah sumatera, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau bersama tim gabungan berhasil melakukan pemasangan GPS Collar pada salah satu individu gajah liar di kantong Tesso Tenggara, Kabupaten Pelalawan.
Kepala BBKSDA Riau, Supartono, menjelaskan bahwa kegiatan ini dilakukan pada 6 November 2025 secara kolaboratif bersama Balai Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Yayasan TNTN, serta para pihak di tingkat tapak yang memiliki komitmen terhadap konservasi satwa.
Menurut data BBKSDA Riau, saat ini populasi gajah liar di kantong Tesso Tenggara tercatat sekitar 30 individu. Individu yang berhasil dipasangi GPS Collar merupakan gajah betina dewasa berusia sekitar 40 tahun dengan berat badan diperkirakan mencapai 3.320 kilogram. Gajah ini dikenal sebagai individu dominan yang kerap menjadi pemimpin kelompok dalam pergerakan di habitatnya.

“Pemasangan GPS Collar bukanlah pekerjaan mudah. Kegiatan ini membutuhkan persiapan matang, koordinasi lintas tim, serta perhitungan lapangan yang presisi untuk menjamin keselamatan gajah maupun petugas,” ucap Supartono.
Proses pemasangan dilakukan dengan bantuan dua gajah jinak dari Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas yang turut membantu pendekatan dan pengamanan di lapangan.
Pemasangan alat pelacak satwa ini merupakan bagian dari program pengembangan Early Warning System (EWS), yakni sistem peringatan dini untuk memantau pergerakan gajah liar dan mencegah terjadinya konflik dengan manusia di sekitar kawasan.
Dengan GPS Collar, pergerakan gajah dapat dipantau secara real-time, sehingga apabila kawanan mendekati wilayah permukiman, tim mitigasi dapat segera mengambil tindakan preventif. Data dari perangkat juga akan digunakan untuk memperkuat basis informasi ilmiah dalam pengambilan kebijakan konservasi jangka panjang.
“Teknologi GPS Collar ini menjadi langkah konkret dalam mewujudkan harmoni antara manusia dan satwa liar. Kami ingin memastikan bahwa upaya konservasi berjalan seimbang dengan keselamatan masyarakat,” tambah Supartono.
BBKSDA Riau menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam keberhasilan pemasangan GPS Collar ini. Kolaborasi lintas lembaga dan dukungan masyarakat diharapkan terus terjaga demi keberlanjutan konservasi Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Provinsi Riau.


“Kami berterima kasih atas dukungan semua pihak dan berharap kolaborasi ini terus terjalin dalam menjaga kelestarian Gajah Sumatera di Bumi Lancang Kuning,” tutup Supartono.
Langkah ini menjadi bagian dari strategi besar BBKSDA Riau dalam memperkuat pengawasan kantong-kantong habitat gajah liar, mengurangi risiko konflik dengan manusia. (F)











