- Wali Kota Pekanbaru Serahkan Bantuan Rp1,5 Miliar untuk Korban Banjir Bandang dan Longsor di Aceh
- Ditlantas Polda Riau Gelar Forum LLAJ, Bahas Kerusakan Jalan dan Persiapan Pengamanan Nataru
- Kodam XIX/Tuanku Tambusai Gelar Karya Bakti Hari Juang TNI AD 2025, Perkuat Sinergi dan Kepedulian Lingkungan
- 232 Personel Kodam XIX/TT Ikuti Pelatihan CoreTax, Dorong Pengelolaan Anggaran yang Lebih Transparan
- 31 Unit Truk Tangki Air Bersih Dikirim Polda Riau untuk Bantu Korban Bencana di Sumatera Barat
- Nikah Massal Gratis Pemko Pekanbaru Pecahkan Rekor MURI, Prosesi Tepuk Tepung Tawar Terbanyak
- Ditreskrimsus Polda Riau Bongkar Ilegal Logging di Rohul, Dua Pelaku Ditangkap dan Dua DPO Diburu
- DPC PA GMNI Humbahas Desak Kampus di Sumut Turunkan Mahasiswa sebagai Relawan Untuk Pemulihan Bencana
- BNNK Pekanbaru Gandeng PKK dan DWP Jadi Garda Terdepan Cegah Penyalahgunaan Narkoba di Lingkungan Keluarga
- Polda Riau Salurkan Bantuan Tahap IV untuk Korban Bencana di Sumatera, 3.459 Peralatan Dikirim
Buronan Kasus Korupsi Jembatan Rp621 Juta Ditangkap Kejati Riau Setelah 8 Tahun Kabur

Keterangan Gambar : Foto : fn Indonesia
FN Indonesia Pekanbaru - Kejaksaan Tinggi (Kejati) Riau berhasil mengamankan seorang buronan kasus korupsi bernama Edi Setiawan (48), setelah delapan tahun melarikan diri dari jeratan hukum. Penangkapan ini menjadi bukti konsistensi aparat penegak hukum dalam memburu para pelaku tindak pidana korupsi yang merugikan keuangan negara.
Plt Kepala Kejati Riau, Dedie Try Haryadi, mengatakan tersangka merupakan terpidana yang telah melarikan diri sejak tahun 2017. Selama delapan tahun menjadi buronan, Edi Setiawan diketahui bekerja serabutan di sejumlah daerah, mulai dari Kuantan Singingi (Kuansing), Pekanbaru, Kampar, hingga akhirnya menetap di Balai Jaya Rohil.
“Yang bersangkutan tidak sempat mengganti identitas dan akhirnya berhasil kita tangkap di rumahnya. Saat diamankan, ia bersikap kooperatif,” ujar Dedie.
Baca Lainnya :
- Positif Narkoba, Pemuda di Siak Ditangkap dengan Barang Bukti Sabu dan Alat Hisap0
- Satpolairud Polres Siak Laksanakan Program JALUR, Salurkan Bantuan ke Warga Pesisir0
- Satresnarkoba Polres Siak Tangkap 4 Tersangka, Amankan 5,76 Gram Sabu0
- Razia Blok Hunian, Lapas Pekanbaru Tegaskan Komitmen Bersihkan Barang Terlarang0
- Polda Riau Ungkap Jaringan Narkoba Internasional, 42,4 Kg Sabu Disita dan Dimusnahkan0
Kasus yang menjerat Edi Setiawan bermula pada tahun 2015. Saat itu, di Desa Beringin Jaya, Kecamatan Singingi Hilir, Kabupaten Kuantan Singingi, dilaksanakan pembangunan jembatan penghubung antara Dusun IV dan Dusun V. Proyek tersebut dibiayai menggunakan dana desa dari APBDes Tahun Anggaran 2015 senilai Rp293 juta.
“Pembangunan jembatan tersebut bersumber dari anggaran Dana Desa sebesar Rp293 juta. Namun dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan yang menimbulkan kerugian negara hingga Rp621.357.689,” ungkap Dedie di Pekanbaru, Kamis (28/8/2025).
Selain dari dana desa, proyek jembatan itu juga mendapatkan tambahan pinjaman dana dari PT SAR sebesar Rp100 juta yang dicairkan dalam dua tahap pada September 2015. Namun, aliran dana tersebut juga diduga tidak digunakan sesuai peruntukannya.
Dalam pelaksanaannya, Kepala Desa Beringin Jaya saat itu, Budi Purnomo, membentuk Tim Pengelola Kegiatan (TPK) yang diketuai oleh Edi Setiawan. TPK juga beranggotakan Teri Suganti sebagai sekretaris, dan Supardi sebagai anggota. Sejumlah perangkat desa lain turut terlibat dalam struktur pengelolaan keuangan dan pelaksanaan proyek.
Namun, dalam proses pembangunan jembatan tersebut ditemukan adanya penyimpangan anggaran yang menimbulkan kerugian keuangan negara. Edi Setiawan bersama pihak lain diduga melakukan pengelolaan dana yang tidak sesuai dengan RAB, sehingga menyalahi aturan penggunaan dana desa.
Sejak ditetapkan sebagai tersangka dan diproses hukum, Edi Setiawan tidak pernah menghadiri persidangan. Ia melarikan diri dan akhirnya diadili secara in absentia (tanpa kehadiran terdakwa) oleh Majelis Hakim.

“Tersangka ini sejak 2017 tidak pernah hadir di persidangan. Putusan telah dijatuhkan meski dilakukan secara in absentia,” jelas Dedie.
Bukannya membangun infrastruktur sesuai rencana, anggaran justru disalahgunakan untuk kepentingan pribadi.
Atas perbuatannya, Edi Setiawan dijerat dengan Pasal 2 ayat (1) jo Pasal 3 jo Pasal 9 jo Pasal 18 UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001, jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
“Penangkapan ini merupakan bentuk komitmen Kejati Riau dalam memberantas tindak pidana korupsi, sekaligus memastikan tidak ada ruang bagi pelaku yang berusaha lari dari tanggung jawab hukum,” tegas Dedie.
Edi Setiawan kini ditahan di Lembaga Pemasyarakatan sementara menunggu proses hukum lebih lanjut. Kejati Riau juga menegaskan akan terus mengejar dan menindak tegas para buronan kasus korupsi lainnya di wilayah Riau. (***)











